Senin, 17 Januari 2011

Pilihan Hidup

Hidup adalah pilihan adalah benar adanya. Melihat kondisi sekarang yang tidak karuan, hitam bisa menjadi putih begitu pula sebaliknya. Orang yang mempunyai komitmen dan mampu memegang komitmen adalah orang yang kuat terlepas dari itu ia juga harus bisa menerima perbedaan dengan orang lain karena hidup adalah pilihan., yang mana pilihan dia belum tentu sama dengan pilihan kita.
Rasul mengajarkan umatnya dalam banyak hal dari hal yang Nampak sampai yang tidak Nampak. Salah satu hadits menyebutkan yang artinya adalah jadilah kalian seorang Alim (orang yang mengajar) kalau tidak bisa jadilah seorang yang belajar, kalau masih belum bisa maka berusahalah untuk menjadi pendengar yang baik kalau masih belum bisa juga pilihan terakhir adalah jadilah orang yang senang atau suka terhadap keempat orang di atas tetapi janganlah kamu menjadi orang yang kelima yakni tidak beramal dan belajar serta tidak bisa menjadi pendengar yang baik serta tidak menyukai keempat orang di atas.
Kalau kita pahami lebih mendalam hadits di atas mengandung banyak arti yang kita peroleh, salah satunya adalah pilihan hidup apakah menjadi pelajar atau pengajar. Melihat kondisi masing-masing pribadi seseorang, dimulai dari orang yang sudah mampu dalam keilmuan, sudah lama belajar serta mempunyai kesempatan dalam mengamalkan ilmunya maka sudah menjadi keharusan menularkan apa yag dia ketahui kepada masyarakat melalui menjadi seorang guru atau pengajar. Begitu juga orang yang dalam tahap awal belajar yang mana dari segi keilmuan masih kurang, tidak ada pilihan ia harus berusaha dengan belajar sungguh-sungguh karena suatu saat dia akan menempati posisi atau menggantikan orang ‘Alim dalam mengajar, maka dari itu belajar bagi orang yang belum bisa adalah pilahan yang harus dilakukan.
Pilihan yang ke tiga adalah orang yang kondisinya hanya bisa mendengarkan saja tidak bisa menelaah atau mengkaji suatu bidang keilmuan sebagaimana orang dalam tahap belajar dibangku pendidikan mereka adalah orang tua atau orang yang cacat fisik. menjadi pendengar yang baik adalah suatu pilihan karena dengan mendengarkan ceramah-ceramah orang alim baik di masjid maupun tempat lain asalkan dari sana ia mendapatkan ilmu dan dari ilmu tersebut ia terapkan dengan tuntunan orang ‘Alim.
Yang terakhir adalah orang yang mempunyai kedudukan paling malang sehingga tidak dapat melakukan perbuatan seperti di atas. Ia tidak mempunyai kekuatan untuk menjadi pendengar yang baik apalagi menjadi seorang pelajar atau bahkan pengajar, karena mungki ada hal yang menjadikan ia tidak mampu. Maka baginya cukup dengan menyukai keempat orang di atas. Dengan menyukai maka akan menimbulkan timbal balik antara dia dengan orang yang disukai, ia suka kepada keempat orang di atas maka dengan usaha yang ia miliki kalau tidak bisa mencontohnya paling tidak bisa menghormatinya atau memberi dukungan kepada mereka baik berupa dukungan material maupun immaterial. Dengan begitu keberadaan pengajar/ ‘alim, pelajar / Muta`alim akan lebih mudah diterima dalam lapisan masyarakat.
Dari beberapa tingkatan di atas baik pengajar, pelajar, pendengar dan pencinta ketiga tersebut adalah sama-sama dalam proses belajar untuk mendapatkan ilmu baik secara langsung seperti pengajar, pelajar dan pendengar maupun tidak langsung seperti orang orang yang menyukai ketiga orang di atas. Karena dalam menuntut ilmu tidak mengenal usia sebagaimana yang disabdakan nabi mencari ilmu itu mulai dari buaian ibu ampai datang kematian. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak mencari ilmu karena apalagi di zaman modern sekarang ini yang mana harga dari seseorang diukur dari keilmuannya.
Dari pesan Hadits tersebut memberi pengertian kepada kita bahwa yang dinamakan ilmu manfaat tidak harus bisa menyalurkan ilmunya kepada yang lain saja tetapi juga yang dinamakan ilmu manfaat adalah apa yang dia miliki dan menurut keadaannya dia masih ingin berbuat manfaat untuk dirinya sendiri dan juga orang lain.

0 komentar: